Top 10 Bunuh Diri Massal di Dunia
Kisah nyata yang dikutip dari
Alam Mengembang Jadi Guru
berikut ini, bagaimanapun, banyak diisi dengan kematian dan darah, hal
ini benar-benar terjadi. Meskipun sering brutal dan tidak masuk akal,
ritual bunuh diri adalah nyata dan telah terjadi sepanjang sejarah.
Motif di balik bunuh diri massal bervariasi. Pada zaman kuno dan selama
Abad Kegelapan menjadi umum untuk suatu kelompok orang melakukan bunuh
diri untuk menghindari penaklukan terhadap musuh yang menyerbu,
sementara dalam ritual bunuh diri beberapa abad terakhir, telah terlihat
dalam cabang agama yang mengikuti ibadat dari okultisme.
10. Puputan, Bali
Kehormatan dan kebanggaan adalah pilar bagi kerajaan kerajaan kuno di
seluruh dunia, yang membawa mereka ke titik di mana kematian itu lebih
baik daripada penaklukan. Pada tahun 1906 sebuah ritual bunuh diri
massal di Bali, yang dikenal sebagai Puputan, dilakukan untuk
menghindari penaklukan, penangkapan dan perbudakan oleh penjajah
Belanda. Raja memerintahkan bahwa semua barang berharga harus dibakar
dan setiap orang dari anak bungsu sampai para istri dan imam imam harus
berbaris secara seremonial menuju pasukan penjajah yang datang. Ketika
berhadapan dengan resimen Belanda, imam kepala menusukkan belati ke
jantung Raja yang menandakan dimulainya Puputan. Dari sini seluruh
rakyat secara bersamaan mulai membunuh satu sama lain sementara
perempuan mengejek melemparkan uang dan perhiasan ke pasukan belanda
yang berdiri terbengong bengong. Lebih dari 1000 orang Bali bunuh diri
pada bulan September yang hangat sore itu, menyisakan sedikit hal untuk
dilakukan bagi Belanda.
Hari berikutnya malapetaka terjadi lagi saat upacara kremasi massal
diadakan dengan tujuan mengarahkan jiwa-jiwa orang yang meninggal ke
surga. Namun, upacara ini menjadi tragedi kedua saat banyak perempuan
yang tersisa yang tidak tewas dalam pertempuran melompat ke dalam api.
9. Order of the Solar Temple, Swiss & Kanada
Ordo Kuil Matahari, berkantor pusat di Swiss dan beroperasi juga di
Kanada, adalah masyarakat rahasia yang percaya pada keberadaan lanjutan
dari Ksatria Templar. Tujuan mereka adalah untuk membangun pengertian
yang benar dari otoritas dan kekuasaan di dunia, untuk mempersiapkan
bagi Kedatangan Kedua Yesus, dan untuk mempersatukan agama Kristen dan
Islam. Kegiatan mereka termasuk campuran dari Kristen Protestan awal dan
filosofi New Age. Selama bertahun-tahun, pembunuhan dan bunuh diri
telah dikaitkan dengan sekte atau aliran ini, termasuk pembunuhan di
Kanada tahun 1994, seorang anak berusia 3 bulan, secara ritual
dikorbankan karena ia diidentifikasi sebagai Anti-Kristus/dajjal.
Kemudian pada bulan Oktober tahun yang sama, 48 orang dewasa dan
anak-anak ditemukan tewas bunuh diri secara massal, dengan luka tembak
di kepala, di sebuah kapel bawah tanah di Swiss dan ditemukan berjajar
dengan item simbolisme Templar
8. Harakiri/Seppuku, Jepang
Sebuah tradisi nyata yang melibatkan darah dan nyali datang dalam bentuk
ritual bunuh diri Jepang, yang dikenal sebagai Seppuku atau Harakiri.
Sebagai bagian dari kode kehormatan Samurai Bushido, bunuh diri
dipraktekkan untuk mempertahankan kehormatan atau mengurangi rasa malu.
Individu akan mengambil pedang pendek dikenal sebagai tanto dan
menghunjamkannya ke dalam perutnya, membuat tusukan yang mengeluarkan
isi perut dengan menyakitkan dan mematikan. Terakhir, untuk memastikan
kematiannya, asisten Samurai itu akan memenggal kepalanya. Ini adalah
kebiasaan umum selama pertempuran. Dengan cara ini seorang prajurit
terhindar dari kematian atau penyiksaan oleh musuh. Cara ini juga
digunakan untuk menghukum pelanggaran serius. Meskipun hukuman mati
dihapuskan pada tahun 1873, namun praktek Seppuku masih banyak dilakukan
hingga abad ini – yang paling dikenal adalah pada akhir Perang Dunia
II, dimana tentara tentara jepang dikenal dengan nama Kamikaze
menggunakan pesawat pesawat yang membawa bom dan menabrakkannya ke kapal
kapal perang sekutu. Juga di waktu yang sama terjadi di pulau Saipan,
ketika dikabarkan bahwa sekutu yang akan datang menyerang akan menyiksa
dan membunuh semua penduduk disana, sebagian besar penduduk melakukan
bunuh diri dengan menerjunkan diri mereka dari tebing yang ada disana.
Semua itu dilakukan untuk menghindari penaklukan. Kemudian, pada tahun
1970 sebuah kelompok pemberontak melakukan Seppuku di depan publik di
markas Pasukan Bela Diri Jepang Pasukan setelah gagal melakukan sebuah
upaya kudeta.
7. Sicarii Rebels, Masada, Israel
Pada tahun 60 Masehi, saat tombak dan catapult adalah senjata perang,
penaklukan Romawi di Yudea memaksa 960 yahudi fanatik untuk berpindah
dan kemudian membuat barikade di benteng Raja Herodes. Benteng, dibangun
di atas dataran tinggi berbatu di Gurun Yudea, yang sampai saat ini
puing puingnya masih ada. Kelompok ini tinggal di sana selama setengah
dekade, membangun pemukiman dan perlahan-lahan berkembang, sampai
pengepungan Romawi tahun 72 M, ketika Kaisar Flavius Lucius Silvius
menugaskan untuk membombardir dinding benteng dan menangkap para
pemberontak. Dia tidak tahu bahwa pada akhir pembombardiran, hanya
bangunan dan mayat busuk dari mereka yang memilih mati daripada menyerah
yang ditemukan para prajuritnya. Hanya dua perempuan dan lima anak-anak
selamat untuk menceritakan kisah tentang bagaimana mereka mati –
diringkas dalam kata-kata pemimpin fanatik, Eleazar ben Yair, dalam
pidato terakhirnya: “Biarkan istri istri kita, kita bunuh sebelum mereka
disalahgunakan, dan anak-anak kita, kita bunuh sebelum mereka merasakan
perbudakan, dan setelah kita membunuh mereka, mari kita saling
melakukan hal yang mulia satu sama lain saling … ”
6. Jauhar, Rajput, India
Sebuah cerita yang mirip terurai di kedalaman India. Jauhar adalah
praktek bunuh diri massal perempuan yang terjadi di kerajaan Rajput yang
diserang dinasti Mughal, sehingga wanita wanita Rajput terhindar dari
penangkapan yang mencemarkan di tangan musuh. Pada abad ke-14, Rani
Padmini, ratu Chittor, memimpin semua wanita kerajaan dan anak-anak
mereka untuk melompat ke api unggun dalam rangka untuk melindungi diri
dari nafsu tentara Sultan Delhi. Sementara para wanita dan anak-anak
melakukan bakar diri, para laki-laki dewasa (ayah, suami dan anak)
menghadapi para penyerang, sampai mati. Sebuah praktek yang dimaksudkan
untuk melindungi kehormatan kedua jenis kelamin. Jauhar kedua dan ketiga
terjadi di Chittor selama abad ke-16 (1535 dan 1568), yang menjadi
pemusnahan seluruh garis keturunan Rajput.
5. Pembakaran Diri, Vietnam
Ritual bunuh diri tidak selalu terhubung dengan penawaran supranatural
atau logika anggota Bala Keselamatan seperti yang sering terjadi pada
zaman sekarang. Dalam kasus biksu Buddha yang melakukan ritual bunuh
diri tahun enam puluhan, adalah suatu tanda protes terhadap Perang
Vietnam. Thich Quang Duc membakar dirinya tanpa takut mati di jalan
Saigon yang sibuk pada tahun 1963 untuk memprotes penganiayaan umat
Buddha oleh pemerintah Vietnam Selatan. Meskipun dihormati sebagai
seorang Bodhisattva (makhluk yang telah mencapai Nirvana) oleh
masyarakat di dunia Buddhis, pemerintah menolak aksi itu dengan
melanjutkan penghukuman terhadap para biarawan biarawan lainnya, yang
membuat banyak dari mereka mengikuti contoh Thich Quang Duc dengan
melakukan bakar diri di tempat umum. Meskipun menyakiti diri dilarang
dalam agama Buddha, bakar diri dianggap sebagai tindakan tanpa pamrih
oleh para biarawan – suatu tindakan yang menyebarkan cahaya Dharma dan
membuka mata orang-orang di sekitar mereka.
4. Heaven’s Gate, San Diego, California
Entri berikut ini adalah kisah mengerikan yang nyata dari sebuah
keinginan untuk bertemu UFO. Bagi sekte Gerbang Surga 1970, kepercayaan
mereka adalah kombinasi dari ide-ide Kristen tentang kiamat dan
unsur-unsur fiksi ilmiah, yaitu bahwa planet Bumi akan dibersihkan oleh
kekuatan-kekuatan supernatural, dan satu-satunya jalan menuju
keselamatan adalah melarikan diri ke “Next Level”. Menurut pendirinya
Marshall Applewhite, melarikan diri ini dapat dicapai melalui eksistensi
bertapa, yang berarti lepas dari keluarga, teman, pekerjaan, harta
benda dan jebakan jebakan keberadaan dunia modern lainnya. Pada tahun
1997, Applewhite mengumumkan rute jalur tercepat ke Tingkat Berikutnya:
naik ke sebuah pesawat ruang angkasa yang membuntuti komet Hale-Bopp.
Pada tanggal 26 Maret, ketika komet itu melintas dekat bumi, Applewhite
dan 38 pengikutnya melakukan bunuh diri dalam rangka untuk meninggalkan
bentuk terestrial mereka dan mendapatkan akses ke UFO.
3. The Branch Davidian Seventh-Day Adventists, Waco, Texas
The “Branch” adalah sebuah sekte Protestan lahir pada tahun 1959 selama
skisma dengan Gereja Advent Hari Ketujuh, ketika Florence Houteff
mengumumkan Kedatangan Yesus kedua di puncak sebuah bukit di Texas.
Setelah kegagalan nubuat ini, sejumlah “nabi” mengambil mengambil alih
kepemimpinan, yang paling menonjol adalah Vernon Howell (kemudian
berganti nama menjadi David Koresh), yang mendoktrinasi kelompoknya
untuk percaya bahwa dirinyalah yang memiliki tanggung jawab dan
otorisasi untuk kenabian dan mendirikan “House of David “. Pada tahun
1994, setelah tuduhan kepemilikan senjata api ilegal dan pelecehan anak,
ATF memperoleh surat perintah untuk menggeledah tempat sekte ini;
tetapi strategi ofensif mereka bertemu dengan barikade dan tembakan.
Setelah beberapa hari pertempuran, FBI takut terjadinya bunuh diri
massal dan mencoba menyudutkan para pengikut sekte ini dengan gas air
mata. Namun senyawa ini dibakar dari dalam, dan membunuh 80 orang.
Apakah ini bunuh diri massal atau FBI menutup-nutupi sesuatu? sampai
sekarang masih dalam perdebatan.
2. Movement for the Restoration of Ten Commandments (MRTC), Uganda
Para MRTC itu merupakan cabang Katolik apokaliptik didirikan pada tahun
1980 setelah mengaku menerima visi Perawan Maria, pemimpin MRTC
memerintahkan ketaatan yang ketat kepada Sepuluh Perintah Allah. Para
anggota sekte berbicara sangat sedikit dan kadang-kadang menggunakan
bahasa isyarat sesama mereka.Mereka dilarang untuk berzinah, dan mereka
menerapkan dwi-mingguan puasa. Dan ketika ramalan pemimpin mereka
tentang kiamat semakin mendekat, pengakuan dosa harian sangat didorong,
sell-off of possessions ditegakkan, dan bekerja di ladang berhenti.
Namun, ketika ‘Judgment Day’ gagal terjadi, para pengikut mulai
mempertanyakan keaslian pemimpin mereka, dan sehingga hari kiamat kedua
diumumkan 17 Maret, dimana semua pengikut 1.000, orang dewasa dan
anak-anak diundang untuk merayakan keselamatan mereka. Sedikit dari
mereka yang tahu, bahwa ini akan berujung pada pengorbanan diri dan
keracunan.
1. People’s Temple Jonestown Massacre, Guyana
Peoples Temple, yang aslinya dibentuk sebagai Sayap Kebebasan pada 1954,
adalah sebuah organisasi keagamaan yang didirikan pada 1955 oleh
Pendeta James Warren Jones (Jim Jones). Pada 1960 organisasi ini
berafiliasi dengan denominasi Protestan, Murid-murid Kristus. Afiliasi
ini merupakan upaya yang berhasil untuk meningkatkan keanggotaan
kelompok ini yang makin berkurang dan memulihkan reputasinya. Peoples
Temple dikenal karena bunuh diri massal yang terjadi di Jonestown,
Guyana, pada 18 November 1978.
Jones mendirikan Peoples Temple di Indianapolis, Indiana pada
1950-an. Mulai tahun 1965, Jones dan jemaatnya pindah ke Redwood Valley,
California. Gereja Redwood Valley resminya dibuka pada 1969. Setelah
Jones mulai serangkaian rekrutmen di San Francisco dan Los Angeles
keanggotaan di Peoples Temple meningkat dari sekitar 700 pada 1970
hingga 2.200 pada 1972. Jumlah tertinggi dari anggota Peoples Temple
yang sesungguhnya adalah sekitar 3.000 orang, meskipun kelompok ini
seringkali membesar-besarkan angkanya.
Jones dan gerejanya memperoleh reputasi karena membantu warga kota
yang paling miskin, khususnya kaum minoritas rasial, para pecandu obat
biuas dan kaum tuna wisma. Dapur-dapur makanan, pusat-pusat asuhan, dan
klinik-klinik medis untuk orang-orang lanjut usia didirikan,
bersama-sama dengan program-program konseling untuk para pelacur dan
pecandu obat bius yang ingin mengubah hidupnya. Peoples Temple membangun
hubungan yang kuat dengan sistem kesejahteraan negara bagian
California. Pada 1970-an, Peoples Temple memiliki dan mengelola
sekurang-kurangnya 9 panti jompo, enam rumah untuk anak-anak asuh, dan
sebuah tanah peternakan seluas 40 acre untuk orang-orang yang cacat
mental. Mereka mempunyai program bantuan bea siswa dan asrama di Santa
Rosa Junior College. Para pemimpin Peoples Temple menangani klaim-klaim
asuransi para anggotanya serta masalah-masalah hukum mereka, dan
berperan sebagai kelompok advokasi bagi para klien mereka. Karena
alasan-alasan ini, sosiolog John Hall menggambarkan Peoples Temple
sebagai sebuah “birokrasi karismatis”, yang berorientasi kepada Jones
sebagai pemimpin karismatis, namun berfungsi sebagai sebuah organisasi
biroraksi pelayanan sosial.
Meskipun sebagian gambaran tentang Peoples Temple menekankan kontrol
otokratis Jones atas para pengikutnya, pada kenyataannya, organisasi ini
mempunyai struktur kepemimpinan yang kompleks, dengan kekuasaan
pengambilan keputusan yang menyebar secara tidak merata di antara
anggota-anggotanya. Di pusatnya, Peoples Temple dipimpin oleh Jones dan
orang-orang dekatnya, tetapi anggota-anggota dari Komisi Perencanaan
juga mempunyai banyak kekuasaan. Komisi Perencanaan (termasuk sekitar
100 orang anggota) bertanggung jawab untuk operasi Peoples Temple
sehari-hari.
Kontroversi
Beberapa laporan yang mengganggu mulai muncul ketika segelintir anggota
mulai meninggalkan kelompok ini. Dilaporkan bahwa Jones mencuri dari
anggota-anggotanya, memalsukan penyembuhan-penyembuhan ilahi, menghukum
anggota-anggotanya dengan keras, mempraktikkan sodomi, dan menganggap
dirinya sebagai Mesias yang baru.
Saat itu, para wartawan, penegak hukum, dan politikus memperlihatkan
minatnya pada Peoples Temple. Jones bereaksi dengan banyak pidato yang
penuh kemarahan kepada para pengikutnya, yang isinya klaim-klaim bahwa
para pembelotnya itu berdusta, dan bahwa dunia luar sedang berusaha
menghancurkan mereka. Pada saat yang sama, sejumlah anggotanya yang kian
bertambah melaporkan pelecehan di lingkungan Peoples Temple. Para sanak
keluarga anggotanya juga menekankan bahwa anggota-anggota kelompok itu
dipaksa untuk tidak keluar, meskipun mereka sendiri sesungguhnya tidak
mau.
Pindah ke Guyana
Jones bereaksi kepada penyelidikan yang kian meningkat dengan
memindahkan para pengikutnya yang terdiri dari lebih dari 900 orang ke
Guyana. Para pengikutnya ini dijanjikan sebuah surga tropis, yang bebas
dari apa yang digambarkan sebagai dunia luar yang kejam, namun ketika
mereka tiba, mereka dipaksa bekerja atas perintah-perintah Jones, dan
bersama-sama mereka membangun Jonestown.
Kunjungan oleh anggota Kongres Ryan
Pada November 1978, kelompok ini dikunjungi di Jonestown oleh Leo Ryan,
seorang anggota Kongres AS dari San Francisco, California, yang
melakukan penyelidikan tentang klaim-klaim pelecehan di dalam kelompok
ini. Pada kunjungan ini, sejumlah anggota Peoples Temple mengungkapkan
keinginan mereka untuk ikut bersamanya meninggalkan Guyana. Karena itu
seluruh kelompok ini kemudian ikut bersamanya ke lapangan terbang
setempat. Di sana para anggota keamanan Kenisah menembaki kelompok ini,
membunuh anggota Kongres Ryan, tiga orang wartawan dan seorang anggota
Peoples Temple yang ingin pergi. Penembakan-penembakan ini direkam dalam
film oleh salah seorang wartawan yang tewas dalam serangan itu.
Pembantaian Jonestown
Keesokan harinya, Jones memerintahkan jemaatnya untuk meminum Kool Aid
dan Flavor Aid yang diberi sianida. Bunuh diri massal ini dikenal
sebagai pembantaian Jonestown. Mereka yang menolak untuk melakukan bunuh
diri ditembak, atau disuntik dengan sianida. Jones ditemukan dengan
sebuah luka tembak di kepalanya. Berdasarkan investigasi, tubuhnya
mengandung obat-obat bius dalam dosis yang tinggi. Total 913 orang yang
tewas, termasuk 276 anak-anak.
Dibawah ini adalah Lagu yang dibuat Group Band MANOWAR tentang
tragedi di Jonestown, yang berjudul GUYANA. Lagu ini menceritakan kisah
Guyana dengan baik di liriknya. diiringi dengan permainan Bass yang luar
biasa oleh Joey De Maio sang basis